JawaPos.com- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kini telah mengangkat sejumlah pakar dan praktisi sebagai tim ahli. Jumlahnya sembilan orang. Mereka berasal dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Pahlawan.
Sembilan anggota tim ahli pemkot itu adalah Prof Joni Hermana (ITS), Prof Badri Munir Sukoco (Direktur Pascasarnaja Unair), Prof M. Mas’ud Said (Direktur Pascasarjana Universitas Islam Malang), Prof Suparto Wijoyo (Unair), Dr Ignatia Martha (UPN Jatim), Nuri Herachwati (Unair) , Isa Ansori, Andri Arianto (UIN Sunan Ampel), dan Hari Fitrianto.
Selama ini, kiprah kesembilan nama tersebut sudah kerap terdengar. Bertempat di Graha Sawunggaling, kemarin (14/4) Eri mengenalkan mereka kepada kepala organisasi perangkat daerah (OPD), camat, serta lurah. ”Tim ahli bisa melakukan pendampingan dan pengarahan ke OPD, camat, dan lurah,” ucapnya kemarin.
Menurut Eri, OPD tidak bisa sembarangan menyusun program kerja. Harus disesuaikan dengan visi-misinya. Tujuannya, program kerja yang dijalankan bisa selaras dengan harapan masyarakat.
Mantan kepala Bappeko Surabaya itu juga mengingatkan agar setiap program tidak harus disertai dengan nominal anggaran. Tetapi, program yang akan digulirkan harus jelas terlebih dahulu. Nah, di sinilah peran penting tim ahli tersebut. ”Dengan begini bisa tercapai sesuai program kerja,” tuturnya.
Prof Joni Hermana mengatakan, tim ahli akan membantu pemkot dalam mengakselerasi capaian kerja. Khususnya mencapai visi-misi untuk menjadi kota yang maju secara global, humanistis, dan berkelanjutan. ”Kami memberikan kesempatan kepada OPD untuk memaksimalkan sumber daya dengan bergotong royong mencapai tujuan ini,” jelasnya.
Guru besar ITS itu menyampaikan, setiap program kerja harus bisa mewujudkan cita-cita Kota Surabaya. Baik untuk mencapai Surabaya maju, Surabaya humanistis, maupun Surabaya berkelanjutan.
Dia mencontohkan, salah satu definisi mewujudkan Surabaya humanistis dengan menyelesaikan permasalahan secara kemanusiaan. Misalnya, persoalan Pasar Turi. Pusat perekonomian yang dulu tak beroperasi itu kini kembali ditempati para pedagang untuk berjualan.
”Pendekatan yang humanistis menghasilkan pengembangan ekonomi masyarakat,” paparnya.