Mochammad Thanthowy Syamsuddin Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya (Unair) bilang, perkawinan atau merger antara Gojek dengan Tokopedia menjadi GoTo sebagai entitas baru perlu dipandang dengan sudut pandang persaingan ekosistem usaha.
“Gojek ada persaingan dengan Grab. Sekarang juga ada aplikasi lokal semacam itu. Dari sisi e-commerce, ada persaingan sengit Tokopedia dengan Bukalapak, juga dengan Shoppee. Jadi ini semacam strategi untuk memberi angin segar kepada merchant maupun konsumen, seolah-olah ingin bilang, ‘hei, aku nambah teman, lho.’ Ini akan menjadi nilai tawar dua perusahaan itu,” ujarnya.
Dia bilang, yang akan ditunggu setelah mergernya dua unicorn itu bukan startup mana lagi yang akan digandeng, tetapi bagaimana respons para pesaing mereka? Apakah Grab, Shoppee, dan Bukalapak akan mengambil strategi tertentu untuk merespons GoTo?
“Misalnya dengan melakukan konsolidasi serupa seperti yang dilakukan Gojek dan Tokopedia dengan GoTo sebagai entitas baru. Saya kira itu yang akan ditunggu,” ujarnya.
Dosen Manajemen Bisnis Unair itu mengutip hasil riset kecilnya dengan mengutip media massa yang menyoroti perkawinan unicorn ini. Dia bilang, sebelum dengan Tokopedia, sebenarnya Gojek berupaya melakukan merger dengan Grab.
“Jadi sebelum ini, Gojek sebenarnya sudah PDKT (pendekatan) dengan Grab. Mereka ingin konsolidasi, merger, tapi gagal di bulan Januari lalu. Dengan Tokopedia ini, menurut saya, mungkin juga karena dipicu masifnya Shopee di e-Commerce Indonesia,” kata Thanthowy.
Di luar itu, Thanthowy melihat perkawinan Gojek dengan Tokopedia ini menjadi sesuatu yang menggembirakan dan membanggakan bagi Indonesia. Karena, berdasarkan pengamatannya, merger dua startup unicorn yang segera mengumumkan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO)-nya itu yang pertama di Indonesia.
“Ya, ini akan menjadi merger pertama yang menuju IPO di Indonesia. Karena di Asia Tenggara itu, sejumlah startup yang dulu kecil, kemudian masuk korporat besar, sekarang sudah masuk lantai bursa. Jadi (GoTo) nanti akan ke arah sana. Dengan begitu masyarakat bisa membeli saham perusahaan ini,” ujarnya.
Meski antara Tokopedia dan Gojek memiliki perbedaan core bisnis, tapi menurutnya, keduanya mampu melihat sisi positif dan optimisme untuk bisa saling menguatkan satu sama lain.
“Irisan bisnis keduanya, yang tadi disebutkan secara eksplisit oleh kedua narasumber (saat mengudara di Radio Suara Surabaya), lebih kepada financial service. Lebih ke dompet digitalnya. Itu yang nanti akan menjadi produk yang sangat kuat nanti dalam hal basis pasar atau basis konsumennya,” ujarnya.
Thanthowy pun mengingatkan, mergernya dua perusahaan ini, terutama bagi Gojek, berpotensi memunculkan risiko yang mengarah pada monopoli usaha. Apalagi kalau sampai merger ini mengakibatkan Grab hengkang dari Indonesia.
“Undang-Undang 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, di pasal 17 menyebutkan, monopoli itu adalah kondisi di mana ada 50 persen penguasaan pasar di satu jenis barang atau jasa tertentu. Secara on demand untuk transportasi online roda dua, tinggal gojek dan grab. Ini sepertinya winners takes all condition. Artinya salah satu kemungkinan akan hengkang dari Indonesia. Kalau itu terjadi, maka akan terjadi monopoli,” katanya.(den)