𝐒𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐢𝐬𝐧𝐢𝐬 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐃𝐮𝐧𝐢𝐚
Badri Munir Sukoco
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Airlangga

https://epaper.kontan.co.id/v2/player/view/harian/2021-09-25#page/11

Saat ini, pengelola perguruan tinggi menggunakan rangking sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada 𝑠𝑡𝑎𝑘𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠-nya. Tidak hanya bagi mahasiswa, namun alumni maupun pengguna lulusan akan melihat ranking sebagai tolok ukur reputasi dan kualitas pendidikan yang ada. Selain rangking bidang ilmu secara keseluruhan, salah satu yang menarik perhatian publik adalah bidang manajemen dan bisnis. Bahkan ranking sekolah bisnis terbaik di Amerika Serikat dimulai sejak 1988 oleh 𝐵𝑢𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑠𝑊𝑒𝑒𝑘 dan 1990 oleh 𝑈𝑆 𝑁𝑒𝑤𝑠. Jauh sebelum adanya perangkingan universitas yang dipelopori oleh 𝑆ℎ𝑎𝑛𝑔ℎ𝑎𝑖 𝐽𝑖𝑎𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 𝑈𝑛𝑖𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑛𝑘𝑖𝑛𝑔 (WUR) pada 2003, diikuti oleh THE-QS WUR 2004 sebelum berpisah tahun 2009.

Patut dipahami, ketika banyak perusahaan berskala global, memiliki MBA yang berlatar belakang internasional tidak hanya menyediakan 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑎𝑙 𝑛𝑒𝑡𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔, namun juga 𝑏𝑒𝑠𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑐𝑡𝑖𝑐𝑒𝑠 dari perusahaan-perusahan terbaik dunia. Strategi global perusahaan yang mempekerjakan atau yang didirikan akan terbantu menjadi berkelas dunia berdasarkan studi kasus dan konsep yang teruji secara empiris.

Hal ini dideskripsikan dengan baik terkait dengan suksesnya Samsung menjadi pemain global dan mengalahkan Sony hanya 6 tahun (dari 10 tahun yang direncanakan). Setelah krisis ekonomi melanda Asia akhir dekade 1990-an, Samsung mulai merekrut banyak MBA lulusan Harvard, Wharton, atau Stanford untuk memampukannya menjadi perusahaan global. Menggabungkan 𝑏𝑒𝑠𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑐𝑡𝑖𝑐𝑒𝑠 dari Barat (terutama para MBA) dengan sistem bisnis Jepang menjadi kata kunci kesuksesan Samsung (Khanna dkk., 2011; 𝐻𝑎𝑟𝑣𝑎𝑟𝑑 𝐵𝑢𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑅𝑒𝑣𝑖𝑒𝑤). Perdebatan peran MBA pada kinerja perusahaan senantiasa ada. Bagi universitas, sekolah bisnis senantiasa menjadi 𝑓𝑙𝑎𝑔𝑠ℎ𝑖𝑝 𝑠𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙 dan reputasinya membanggakan.

Ranking Sekolah Bisnis
Konsistensi posisi pada beragam ranking oleh 𝐶ℎ𝑖𝑛𝑎 𝐸𝑢𝑟𝑜𝑝𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝐵𝑢𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙 (CEIBS) menjadikan salah satu sekolah bisnis terbaik di Asia saat ini. Pada 𝑇𝑜𝑝 100 𝐵𝑒𝑠𝑡 𝑀𝐵𝐴𝑠 versi 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠, posisinya hanya dibawah Harvard, Wharton, Stanford, dan INSEAD tahun 2020. Berdiri sejak 1994 pada distrik Pudong di Shanghai, gedungnya menjadi salah satu ikon sekolah bisnis terbaik di China. Bersama dengan 𝐹𝑢𝑑𝑎𝑛 𝑈𝑛𝑖𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙 𝑜𝑓 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑔𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 (#32), 𝐺𝑢𝑎𝑛𝑔ℎ𝑢𝑎 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙 𝑜𝑓 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑔𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡, 𝑃𝑒𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑈𝑛𝑖𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑡𝑦 (#57), dan 𝑇𝑠𝑖𝑛𝑔ℎ𝑢𝑎 𝑈𝑛𝑖𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙 𝑜𝑓 𝐸𝑐𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑐𝑠 𝑎𝑛𝑑 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑔𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 (#67), menunjukkan daya saing sekolah bisnis China meningkat pesat dalam 18 tahun terakhir. Ketika rangking ini diluncurkan tahun 1999, belum ada sekolah bisnis China yang masuk dalam radar.

Saat ini lebih dari 90 sekolah bisnis yang mendapatkan status akreditasi 𝑡𝑟𝑖𝑝𝑙𝑒 𝑐𝑟𝑜𝑤𝑛 (AACSB, EQUIS, dan AMBA), dan 7 diantaranya dari China. Khusus AACSB, lembaga akreditasi dari Amerika Serikat ini memberikan akreditasi pada 31 sekolah bisnis di China. Tumbuh kembangnya bisnis di China juga menjadikan pasar sekolah bisnis sangat ketat. Menurut 𝑇ℎ𝑒 𝐸𝑐𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠𝑡, terdapat 200 ribu orang mendaftar sebagai mahasiswa (dua kali lipat dibandingkan tahun 2016), dan kurang dari seperempatnya yang mendapatkan tempat.

Tidak hanya dari sisi akreditasi dan rangking, transformasi menjadikan daya saingnya menyamai sekolah bisnis top di Amerika Serikat dan Eropa. Bahkan konteks Asia menjadikannya lebih unggul. 𝐴𝑚𝑏𝑖𝑐𝑢𝑙𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙𝑖𝑠𝑚 yang mengkombinasikan konsep terkini dan teruji secara empiris dengan kearifan lokal Asia (dalam hal ini China) menjadi dasarnya. Banyak Dekan dan dosen yang telah puluhan tahun mengajar, meneliti, serta menjadi konsultan dari 𝐹𝑜𝑟𝑡𝑢𝑛𝑒 500 pada sekolah bisnis top Barat; kembali dan mengajar di China. Tidak ada perbedaan antara ruang kelas dan 𝑐𝑎𝑠𝑒-𝑏𝑎𝑠𝑒𝑑 𝑚𝑒𝑡ℎ𝑜𝑑 dengan sekolah bisnis top dunia. Meskipun biaya pendidikannya menjadi lebih kompetitif, namun ini menjadi pilihan terbaik tanpa meninggalkan posisi dan bisnis yang digeluti peserta program MBA.

Awal tahun 2000-an, peserta program MBA berharap dapat bekerja di perusahaan global yang menawarkan kompensasi menjanjikan. Seiring dengan dominasi ekonomi secara global, lebih dari setengah lulusan sekolah bisnis China bekerja pada perusahaan lokal yang mengglobal. Baik yang sedang melakukan ekspansi global atau mengakuisisi bisnis di negara lain. Saat ini, 30 perusahaan China masuk dalam 𝐹𝑜𝑟𝑡𝑢𝑛𝑒 𝐺𝑙𝑜𝑏𝑎𝑙 100. Selain para putra mahkota bisnis, para bos generasi pertama juga menjadi peserta program MBA.

Rekomendasi
Saat ini, Indonesia hanya diwakili oleh Pertamina (#287) pada 𝐹𝑜𝑟𝑡𝑢𝑛𝑒 𝐺𝑙𝑜𝑏𝑎𝑙 500 tahun 2021. Adapun pada 𝐹𝑜𝑟𝑏𝑒𝑠 𝐺𝑙𝑜𝑏𝑎𝑙 1000 untuk perusahaan publik, Indonesia diwakili oleh BRI (#362), BCA (#436), Bank Mandiri (#507), dan Telkom Indonesia (#762). Meskipun pasar domestik Indonesia terbesar ke-7 di dunia, sebagian besar dinikmati oleh perusahaan global negara lain.

Untuk keluar dari 𝑚𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒-𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑟𝑎𝑝, keberadaan perusahaan berkelas dunia yang berasal dari Indonesia dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Keun Lee (2019) dari 𝑆𝑒𝑜𝑢𝑙 𝑁𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑈𝑛𝑖𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑡𝑦 mempersyaratkan kapabilitas berinovasi dan penduduk berpendidikan tinggi untuk menjadi negara maju. Menjadi perusahaan berkelas dunia, menunjukkan bahwa inovasi yang dihasilkan oleh SDM berkompeten Indonesia dapat diterima oleh masyarakat global. Tidak hanya perusahaan yang telah ada, namun 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡-𝑢𝑝 yang sedang melakukan 𝑠𝑐𝑎𝑙𝑒-𝑢𝑝 juga membutuhkannya.

Memiliki manajer dengan MBA dari sekolah bisnis berkelas dunia memungkinkan perspektif dan jejaring global. Saat ini, belum ada sekolah bisnis Indonesia yang masuk dalam radar lembaga rangking diatas. Untuk AACSB, baru 2 sekolah bisnis Indonesia yang terakreditasi. Inilah tantangan terbesar bagi sekolah bisnis di Indonesia, menjadi berkelas dan berkualitas dunia.